Blogger Templates

Jumat, 22 Oktober 2010

BUDAYA KOTA BATAM

Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau, dan salah satu dari 2 ibu kota kepulauan Riau dengan jumlah penduduk mencapai 1.025.044 jiwa. Metropolitan Batam terdiri dari tiga pulau yaitu Batam, Rempang, dan Galang yang dihubungkan oleh Jembatan Barelang yang juga merupakan icon kota batam. Batam merupakan sebuah kota dengan letak sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan Negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk, dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 170 kali lipat.
Melihat dari geologi nya Wilayah kota Batam seperti halnya Kecamatan-Kecamatan di daerah Kabupaten di Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari paparan Kontinental. Pulau-pulau yang tersebar didaerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari semenanjung Malaysia/ pulau Singapore di bagian utara samapi dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta karimun di bagian selatan. Permukaan tanah di kota batam pada umumnya dapat digolongkan datar dengan variasi disana-sini berbukit-bukit dengan ketinggian maksimum 160 m diatas permukaan laut. Sungai-sungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan dan dikelilingi hutan-hutan serta semak belukar yang lebat..
Wilayah kota Batam terdiri dari 329 buah pulau besar dan kecil, yang letak satu dengan lainnya dihubungkan dengan perairan. Pulau-pulau yang tersebar pada umumnya merupakan sisa-sisa erosi atau pencetusan dari daratan pratersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Moro, Kundur, serta Karimun di bagian selatan.Permukaan tanah di kota batam pada umumnya dapat digolongkan datar namun disana-sini berbukit-bukit, berbatu muda dengan ketinggian maksimum 160 meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan yang dikelilingi hutan-hutan serta semak belukar yang lebat. Dilihat dari perputaran arus yang ada maka perairan di kota Batam yang berada di selat malaka ini merupakan daerah subur bagi kehidupan perikanan dan biota lainnya. Perairan Kota Batam merupakan wilayah ekosistem perikanan Kepulauan Riau yang dipengaruhi oleh gerakan air yang berasal dari Samudera Hindia yang melewati Selat Malaka dan gerakan arus yang berasal dari laut Cina Selatan. Dalam ekosistem di wilayah kota batam ditemukan satwa liar yang terdiri dari 8 (delapan) jenis kelas mamalia, 16 (enam belas) heasevas dan partilia. Tipe habitat yang digunakan satwa liar ini yaitu : pantai, mangrove, rawa/danau, lading/kebun, hutan sekunder dan hutan primer.


Latar Belakang Kota Batam
Menurut sejarah, pengembangan Pulau Batam dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya berasal dari Pemerintahan Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan Republik Singapura dan kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham moderat. Sejarah pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M atau sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta saat datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang diprakarsai oleh bangsa Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan Singapura telahmenjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14). Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231 M. Ketika Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi oleh perairan, wilayah ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Temanggung Tempatan (pemimpin wilayah).
Akibat dari pesatnya perdagangan tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta Lingga/Daik menjadi kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, pulau Sumatera Bagian timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka. sampai akhirnya datang bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang kemudian mengambil alih tampuk kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya dan muncullah paham politis yang baru.
Di abad ke-19, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat malaka. Bandar Singapura juga maju pesat, mengakibatkan Belanda dengan berbagai cara ingin menguasai perdagangn Melayu dan aktivitas lainnya yang melewati kawasan tersebut. Terjadilah penyusupan tersembunyi yang dilkukan oleh pedagang Singapura. hal ini sangat menguntungkan pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura sebagai tempat bersembunyi dari gangguan patroli Belanda.
Pada 17 Maret 1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani perjanjian London (Anglo-Deutch Tractate berisi : Belanda mengaku kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bencoolen (Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai kepuluan Riau). Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat di Lingga berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan membagi wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau menjadi tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang Dipertuan Muda di Penyengat dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan. namun secara umum yang menjadi titik sentral dalam menjalankan roda pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang Dipertuan Muda yang berkedudukan di Penyengat.

Batam sendiri saat itu, merupakan wilayah kekuasaan Tumenggung, Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung Abdul Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di Penyengat, mengeluarkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudia mengembangkan usahanya di pulau Batam. Slaah satunya mendirikan pabrik batu bata. Pada tahun 1965 Temasek melepaskna diri dari Federasi Malaysia (1963-1965) untuk menjadi negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1957, Tanjung Pinang dinobatkan sebagai pusat pemerintahan dan bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjung Pinang kemudian ditetapkan sebagai ibukota propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru yang terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di antaranya pulau Batam.







A. SEJARAH KOTA BATAM
Batam merupakan salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan dan mana nama Batam itu diambil, yang jelas Pulau Batam merupakan sebuah pulau besar dan 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Satu-satunya sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai sampai saat mi adalah Traktat London (1824). Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan dan catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam telah di diami oleh orang laut sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura disebut Pulau Ujung. Pada masa jayanya Kerajaan Malaka, Pulau Batam berada di bawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah. Setelah Malaka jatuh, kekuasaan atas kawasan Pulau Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang P. Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pada pertengahan abad ke.18. Dengan hadirnya kerajaan di Riau Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, sampai berakhirnya keraj aan Melayu Riau pada tahun 1911.


Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dan gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.
Sejarah mengenai Batam memang agak berbeda dengan sejarah di kota-kota lain di Indonesia.Setelah itu Batam mulai dikembangkan sejak awal tahun 1970-an sebagai basis logistik dan operasional untuk industri minyak dan gas bumi oleh pertamina. Kemudian berdasarkan Kepres No. 41 tahun 1973, pembangunan Batam dipercayakan kepada lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam atau lebigh dikenal dengan Otorita Batam.
Pengembangan Pulau Batam terbagi dalam beberapa periode . Periode pertama yaitu tahun 1971-1976 dikenal dengan nama Periode Persiapan yang dipimpin oleh Dr.Ibnu Sutowo. Periode kedua adalah Periode Konsolidasi (1976-1978) dipimpin oleh Prof.Dr.JB.Sumarlin , Setelah itu adalah Peride Pembangunan Sarana Prasarana dan Penanaman Modal yang berlangsung selama 20 tahun.
Yaitu tahun 1978-1998, yang diketuai Prof.Dr.BJ. Habibie Kepemimpinan berikutnya dipegang oleh J.E Habibie yaitu bulan maret s/d juli 1998. Periode ini dikenal dengan nama Pembangunan Prasarana dan Penanaman Modal Lanjutan . Kemudian sejak tahun (1998-2005), dibawah kepemimpinan Ismeth Abdullah dinamakan Periode Pengembangan Pembangunan Prasarana dan Penanaman Modal Lanjutan dengan perhatian lebih besar pada kesejahteraan rakyat dan perbaikan iklim investasi. Kemudian tahun (2005-2006) dipegang oleh Mustofa Wijaya sebagai pejabat sementara kemudian dikukuhkan menjadi pejabat permanent hingga sekarang.
Dalam rangka melaksanakan visi dan misinya mengembangkan Batam, maka dibangunlah insfrastruktur modern yang berstandar internasional serta berbagai fasilitas lainnya, sehingga saat Pariwisata yang diminati dan mampu bersaing dengan kawasan serupa Asia Pasifik.
Berbagai kemajuan pun telah banyak dicapai, seperti tersediannya berbagai lapangan usaha yang mampu menampung angkatan kerja yang berasal hampir dari seluruh daerah di tanah air. Begitu juga dengan jumlah penerimaan daerah maupaun pusat dari waktu kewaktu terus meningkat. Hal ini tidak lain karena disebabkan oleh maraknya kegiatan industri, perdagangan, alih kapan dan pariwisataan didaerah. Namun sebagai daerah yang berkembang pesat, Batam juga tidak luput dari munculnya berbagai masalah sosial.
Untuk itulah, maka dalam rangka penyempurnaan pengembangan pulau Batam yang sedang berlangsung, maka pembangunan saat ini difokuskan kepadakesejahteraan masyarakat dengan menjalankan program social development. Hal ini diharapkan mampu mengatasi berbagai macam persoalan sosial yang timbul sebagai eksternalitas negatif dari pembangunan yang telah terjadi selama 30 tahun tersebut.


B. Penduduk Kota Batam
1. Suku Bangsa
Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Suku yang dominan antara lain Melayu, Minangkabau, Batak, Jawa, dan Tionghoa. Dengan berpayungkan Budaya Melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, Batam menjadi kondusif dalam menggerakan kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat. Hingga Agustus 2010, Batam telah berpenduduk kurang lebih 1.025.044 jiwa dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2009 memiliki angka pertumbuhan penduduk rata-rata hampir 10 persen pertahun.
2. Agama

Islam adalah agama mayoritas di Kota Batam. Mesjid Raya Batam yang terletak di tengah kota Batam,berdekatan dengan alun-alun kota Batam, kantor walikota,Otorita Batam dan kantor DPRD menjadi simbol masyarakat Batam yang agamis. Agama Kristen dan Katholik juga banyak dianut oleh masyarakat Batam, terutama yang berasal dari suku Batak,Flores dan sebagian china.Agama Buddha kebanyakan dianut oleh warga Tionghoa,dan agama hindu kebanyakan dianut oleh masyarakat pendatang khusus nya masyarakat dari Bali.Batam memiliki Vihara yang konon terbesar di Asia Tenggara, yaitu Vihara Duta Maitreya yang letak nya juga tidak jauh dari tengah kota Batam,berdekatan dengan Mesjid Raya Kota Batam


3. Bahasa

Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari di kehidupan masyarakat kota batam. Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Bahasa Minang, Bahasa Batak, dan Bahasa Jawa. Hal demikian terjadi karena Batam adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu.tetapi bagi penduduk asli atau katakanlah kelahiran asli Batam mereka tetap memakai bahasa MelayuBahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.


Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:
1. Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara,
2. Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
3. Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.

C.Pendidikan Kota Batam
Kota Batam memiliki banyak sekolah negeri dan swasta mulai dari tingkat Sekola Dasar(SD),Sekolah Menengah Pertama(SMP),Sekolah Menengah Atas( SMA).serta Sekolah Menengah Kejuruan(SMK),yang banyak menghasilkan masyarakat siap kerja.Begitu juga dengan perguruan tinggi,Perguruan Tinggi di Batam pun juga mulai banyak,sekaranmg ini sudah ada beberapa perguruan tinggi di Kota Batam di antaranya :
• Politehknik Batam
• Universitas Maritim Raja Ali Haji(UMRAH) Batam
• Universita Internasional Batam
• Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (STISIPOL) Raja Haji (Tanjungpinang)
• Universitas Batam
• Universitas Putera Batam
• Universitas Riau Kepulauan (Batam)
• Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ibnu Sina (Batam)
• Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina (Batam)
• Sekolah Tinggi Ilmu Agama Ibnu Sina (Batam)
• Akademi Keperawatan Griya Husada (Batam)
• Akademi Keperawatan Mitra Bunda Persada (Batam)
• Sekolah Tinggi Katolik Bentara Persada (Batam)
.dari segelintir Universitas yang ada di Batam,hanya ada beberapa Universitas yang mungkin bisa di katakan mempunyai kualitas tinggi seperti Politehnik batam,yg merupakan rintisan dari ITB(Institude Technologi Bandung) & UNRI(Universitas Riau)yang menghasilkan banyak potensi-potensi siap kerja yang berkualitas,lalu UIB(Universitas Internasional Batam)yg ber akreditasi A,
Selanjut nya UNIBA(Universitas Batam)yang mempunyai salah satu mahasiswa terbesar se-provinsi kepulauan Riau,dengan menghasilkan mahasiswa-mahasiswa berpotensi,seperti halnya Wakil Gubernur Kepulauan Riau Bpk Soeryo Roespatih,Walikota Batam HAhmad Dahlan,Wakil Wali kota Batam Ir Ria Saptarika,dan Yang Ter akhir Unrika(Universitas Riau Kepulauan)sama hal nya dengan Uniba,Unrika mempunyai banyak mahasiswa yang berpotensi,siap kerja.maka dari itu bisa di katakana pendidikan di koa Batam tidak ketinggalan dengan pendidikan di kota-kota besar lainnya di Indonesia

D. Budaya Kota Batam
Batam yang multi-etnis ini masih merupakan budaya melayu dan islam yang membentuk akar budaya lokal. Baik kehidupan sehari-hari, upacara, mitos unsur agama, dinyatakan dalam tari, musik dan bentuk seni lain. Beberapa tarian tradisional yang paling populer tari jogi, tarian unik batam adalah tari zapin, yang mencerminkan pengaruh budaya Arab yang sangat kuat. Ada juga tari persembahan untuk menyambut tamu terhormat dan tari ronggeng,biasa nya tarian ini sering di saksikan di dalam acara-acara pembukaan di Kota Batam biasanya para tamu diundang untuk datang dan bergabung dengan tari dan lagu melayu. Sebuah drama mak yong adalah pertunjukkan tari dan lagu yang mencaritakan tentang kisah sebuah negara bernama riuh, umumnya diyakini menjadi asal nama propinsi Riau.
Sejarah Mak yong diasaskan di Kerajaan Pattani yang kini merupakan sebahagian daripada Thailand. Oleh kerana ia diwarisi secara lisan dikalangan kampung, usia sebenar Mak Yong tidak dapat dipastikan. Bagaimanapun, fakta yang ia bebas daripada pengaruh-pengaruh luar menunjukkan ia sekurang-kurangnya berusia 800 tahun dan hampir pasti lebih awal lagi. Menurut Hikayat Patani Mak Yong dibawa ke Kelantan lebih 200 tahun dahulu. Dari situ ia berkembang ke Kedah dan negeri-negeri lain.
Lagenda biasanya mengaitkan tarian dengan semangat padi yang digelar Mak Hiang tetapi yang lain mempercayai ia dicipta oleh makluk digelar Semar. Para sejarahwan tidak pasti samaada Mak Yong berasal dari tradisi rakyat atau teater istana. Sungguhpun begitu ia ditonton oleh semua lapisan masyarakat untuk menghormati semangat padi, berterima kasih bagi tuaian atau merawat penyakit.
Semasa di Patani, Mak Yong biasanya dipersembahkan di istana sehingga 1920 di mana ia sering dipertontonkan dikalangan orang biasa.

Pada awal abad ke-20, tarian Mak Yong mula berkembang ke merata-rata kampung tanpa naungan istana. Punca utamanya adalah kerana kedatangan British ke Kelantan telah mengurangkan kedudukan ekonomi raja-raja ini. Faktor inilah yang mengakibatkan kemerosotan mutu persembahan dalam generasi kedua, iaitu zaman selepas Bah Air Merah pada tahun 1926 hinggalah tahun-tahun 1950-an. Unsur-unsur komersil pertunjukan Mak Yong telah memperalatkan nilai-nilai estetik klasik yang ada dalam Mak Yong. Persembahan Mak Yong yang diadakan dengan cara pemajakan akan bermula dari pukul 8.30 malam hingga pukul 11.00 malam sahaja. Kemudian, persembahan diberhentikan dan alat-alat muzik biola dan akordion menggantikan rebab dan serunai untuk memainkan lagu-lagu joget. Penonton-penonton akan naik pentas untuk menari joget dengan penari-penari Mak Yong.
Nilai moral penari-penari Mak Yong juga mula merosot. Banyak sekali kisah-kisah sumbang di antara penari-penari Mak Yong dengan penonton-penonton selepas selesai persembahan Mak Yong, dan perceraian di kalangan suami isteri dan anak-anak Mak Yong merupakan satu perkara yang biasa sahaja. Malah ada di kalangan penari Mak Yong yang berasa bangga dengan jumlah bilangan suami yang dapat dikutip oleh mereka. Pandangan masyarakat terhadap penari-penari Mak Yong mula merosot dan mula hilang kepercayaan terhadap moral mereka. Keadaan ini mempercepatkan lagi kejatuhan imej Mak Yong.
Pada akhir-akhir 1960-an, sudah tidak banyak lagi kumpulan Mak Yong yang wujud, dan tidak banyak lagi orang yang berminat mempelajari seni tari ini. Kemasukan pengaruh-pengaruh kebudayaan Barat yang meluas menggelapkan lagi permainan Mak Yong. Kalau ada pun persembahan Mak Yong pada masa perayaan seperti Hari Keputeraan Sultan, persembahan itu hanya dikerumuni oleh orang-orang tua.
Kumpulan generasi ketiga tarian Mak Yong telah dipelopori oleh Kumpulan Seri Temenggung, sebuah kumpulan belia. Guru-guru Mak Yong yang terdiri daripada orang-orang lama dari generasi pertama telah diambil untuk melatih mereka dalam tarian-tarian dan nyanyian-nyanyian Mak Yong yang asli seperti yang terdapat pada masa generasi yang pertama dulu. Dengan latihan itu, unsur-unsur yang asli mula dihidupkan kembali.
Mak Yong berkembang di Indonesia melalui Riau, Lingga, yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Johor.
Perbezaan dengan Mak Yong yang terdapat di Kelantan yang tidak menggunakan topeng, Mak Yong di Batam dan Bintan menggunakan topeng bagi sebahagian watak dayang Raja, Puteri, penjahat, setan, dan semangat, sama seperti yang diamalkan di Nara Yala. Pada akhir abad lepas, Mak Yong bukan sahaja menjadi persembahan harian, tetapi juga sebagai istiadat raja memerintah. Mak Yong juga digunakan bagi merawat orang sakit. Amalan ini tidak lagi diamalkan termasuk di Indonesia. Antara orang terakhir yang mengamalkan Mak Yong bagi merawat pesakit adalah Tuk Atan di Bintan dan Pak Basri di Batam, keduanya telah meninggal. Mak Yong bagaimanapun masih dipersembahkan dengan istiadat di pembuka dan penutup panggung. Mentera yang diamalkan diwarisi dari seorang kepada warisnya. Di Batam dan Bintan masa kini pengiat Mak Yong merupakan generasi ke tiga dan telah wujud hampir selama 150 tahun dan berhadapan ancaman kepupusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar